Kabupaten Tangerang, Wartareformasi.com – Ketua Dewan PEMSEA dan Direktur Jenderal Direktorat Kebijakan dan Strategi Kementerian Lingkungan Hidup Kamboja, Dr. Vann Monyneath mengatakan sebagian besar populasi di wilayah laut Asia Timur bergantung pada ekonomi pesisir dan kelautan. Karena itu, penguatan ekonomi biru (blue economy) yang berkelanjutan sangat penting.
“Pada tahun 2015, ekonomi kelautan bernilai 1,5 triliun miliar dolar AS dan mempekerjakan 61 juta orang secara langsung. Angka tersebut tidak termasuk mereka yang berada di lautan untuk skala kecil dan mata pencaharian terkait yang berkelanjutan dan ekonomi informal,” ujar Monyneath dalam sambutan acara Kemitraan dalam Pengelolaan Lingkungan Pesisir di Asia Timur (PEMSEA) Network of Local Governments (PNLG) yang bertajuk Strengthening Coastal Resilience towards Sustainable Local Blue Economies di Atria Hotel Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Rabu (26/10).
Menurutnya, Selain itu, kawasan ekosistem pesisir dan lautan, termasuk dataran pasang surut bernilai sekitar 2 triliun dolar AS. Sementara itu, tercatat karbon biru senilai 68 miliar dolar AS untuk mangrove dan 40 miliar dolar AS untuk rumput laut.
Kendati demikian, dia mengatakan seluruh pihak saat ini sadar bahwa kawasan pesisir dan lautan menghadapi ancaman diskriminasi dan pencemaran lingkungan. Bencana alam dan dampak perubahan iklim pun menghantui kawasan tersebut.
“Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah tersebut mengalami topan yang lebih kuat, kekeringan yang lebih lama, serta ternak yang terdampar. Bahkan terdapat banyak korban jiwa yang telah dilaporkan dari bencana-bencana tersebut,” ujarnya.**@Romi