OKU, Warta Reformasi- Pelayanan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Ogan Komering Ulu (OKU) kembali menuai kritik warga.
Masalahnya klasik. Tapi berulang. Tak lain soal kualitas air yang dialirkan ke pelanggannya yang dinilai tidak layak digunakan.
Ya. Air yang sampai ke bak-bak rumah warga, sangat keruh. Warnanya kekuningan atau coklat muda. Mirip kopi susu. Dan mengeluarkan aroma kurang bagus.
Kondisi ini lagi-lagi diialami warga perumahan Niagara Hill, Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur.
“Saya sudah pakai saringan. Masih gak mempan. Ditunggu sampai jam 2 dini hari oleh suami saya. Masih juga tidak jernih,” ujar Ariza, ibu rumah tangga disana, sewot.
Seharusnya, kata Ariza, air yang didistribusikan ke rumah konsumen harus memenuhi standar dan layak untuk dikonsumsi.
“Kami bayar tagihan PDAM ini buat minum, masak, cuci dll. Bukan untuk adukan semen,” gerutunya.
Dirinya pun menduga tidak ada proses penyaringan yang dilakukan PDAM ini, melainkan langsung disuplai dari sungai ke rumah warga.
Erwin, warga lainnya menyebut bahwa PDAM terlalu jujur dalam soal menyuplai air. Karena sepertinya, apa yang disedot dari sungai Ogan, itulah yang keluar.
Sebaliknya, PDAM tidak lebih jujur terhadap apa yang terjadi di dalam tubuh perusahaan daerah itu.
“PDAM harusnya jujur memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang kondisi yang sebenarnya dialami perusahaan,” katanya.
Kalau memang tak becus ngurus PDAM, dirinya mendesak Bupati OKU untuk segera mengganti Dirut-nya. Tanpa perlu menunggu menghabiskan waktu pensiunnya, demi kebaikan banyak orang.
“Saya dengar kabarnya Dirut mau pensiun. Ganti segera baelah. Tak perlu nunggu lagi. 2019, segera ganti Dirut PDAM. Jangan bahas Pilpres dulu. Perihal permasalahan kedaerahan ini dulu kita soroti. Dari tahun ke tahun dak ada perubahan,” cetusnya.
Sementara itu, Irsan Audi, mantan anggota DPRD OKU, mengatakan, bahwa persoalan PDAM ini bukan baru terjadi. Tapi ibarat penyakit, yang sudah kronis.
“Air PDAM tidak layak konsumsi ini, ibarat pasien yang butuh penanganan khusus. Susah mencari benang merahnya, apa penyebabnya? Tapi sederhana kembali ke niat. Kalau PDAM mau berbenah, mau dikritik, mau menjalankan amanah, ya tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya,” paparnya.
Oleh karena itu, dirinya mendesak PDAM membenahi proses, manajemen, pelayanan. Terutama benahi hati.
“Agar masyarakat yang sudah melaksanakan kewajiban, mendapatkan haknya secara pantas dan layak. Jangan sampai bak pepatah lama “sendal jepit putus tapi beli dasi”. Berbenah! Benahi kinerja, benahi pengawasan dari berbagai elemen,” demikian Irsan.**@ (win)